Menurut
catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa. Bagi mereka, Dewa
merupakan makhluk yang lebih berkuasa dari manusia. Selain Dewa, bangsa Mesir
Kuno juga menyembah Dewi. Salah satu Dewi dalam mythology Mesir adalah Isis
atau Aset. Dewi ini dipuja sebagai ibu dan istri yang ideal.
Isis
yang merupakan saudara kembar sekaligus istri Osiris ini sangat berbakti pada
suaminya. Ketika Set (saudara Osiris) berhasil membujuk Osiris untuk memasuki
sebuah lemari yang kemudian ditutup, disegel dengan timah, dan kemudian dibuang
ke Sungai Nil, Isis sang istri segera berkelana mencari suaminya sampai
akhirnya menemukan bahwa peti itu tertanam dalam sebatang kayu yang dijadikan
pilar penyangga di istana Byblos di pesisir Fenesia (kaki Lebanon). Ia berhasil
mengeluarkan peti itu dan membukanya, akan tetapi Osiris telah meninggal.
Kemudian Isis menyembunyikan jenazah suaminya di gurun. Set yang tengah berburu
menemukan jenazah Osiris. Dalam kemarahan, Set memotong-motong jenazah Osiris
menjadi 14 bagian dan diceraiberaikan ke seluruh penjuru negeri. Isis kembali
berkelana mengumpulkan potongan jenazah suaminya. Jenazah Osiris kemudian
disatukan dan dibalut perban kemudian dimakamkan dengan sebaik-baiknya. Para
Dewa yang kagum akan pengabdian Isis, akhirnya berkenan membangkitkan Osiris
kembali.
Disembahnya Isis menunjukkan bahwa bangsa Mesir
Kuno sangat menghargai perempuan. Selain itu, darah bangsawan pada itu tidak
diwariskan dari darah laki-laki atau ayah, melainkan dari ibu. Karenanya, untuk
menjadi Pharaoh seorang laki-laki harus menikahi putri berdarah bangsawan.
Jadi sebenarnya perempuan memiliki martabat
yang sangat tinggi pada zaman Mesir Kuno, mereka mendapatkan beberapa
keistimewaan, namun martabat tersebut tidak bisa dipermainkan karena akibatnya
adalah hukuman mati yang tragis.
Berbeda
dengan pandangan bangsa Mesir Kuno yang mendewakan perempuan, peradaban Yunani
Kuno berpandangan sebaliknya. Dalam pandangan mereka, -di mana masa itu
merupakan puncak keemasan dan kemajuan Barat-, perempuan adalah makhluk yang amat
hina, tugasnya hanyalah kerja di rumah, memenuhi nafsu birahi, serta sebagai
penjelmaan setan. Perempuan juga diperjualbelikan layaknya barang dagangan.
Pada
masa itu, andaikata seorang perempuan melahirkan anak cacat, maka ia akan
dibunuh. Dan seorang suami dapat meminjamkan dan memberikan istrinya pada orang
yang ia kehendaki. Pernikahan dan perceraian juga biasa dilakukan oleh seorang
wali perempuan tanpa sepengetahuannya. Singkat kata, perempuan tidak mempunyai
hak-hak individu maupun sosial.
Perlakuan
bangsa Persi terhadap perempuan hampir sama dengan bangsa Yunani Kuno. Bangsa
Persi juga menghinakan perempuan. Dalam kehidupan bermasyarakat, perempuan
tidak memiliki kuasa apapun, bahkan pada hal-hal yang berkaitan dengan
perempuan. Sebab perempuan sama sekali tidak boleh berpendapat di hadapan
laki-laki.
Secara
mutlak, laki-laki dapat bersenang-senang dengan perempuan manapun yang
dicintainya, bahkan sampai menikahinya. Sedangkan perempuan tidak berhak untuk
memilih siapa yang akan menjadi suaminya. Dan ini benar-benar terjadi, tidak
ada penyimpangan dalam cerita ini. Bagaimana bisa seorang perempuan hidup
bersama laki-laki yang tidak dicintainya? Bahkan untuk melihatnya saja ia tak
kuasa. Apakah dia dapat memenuhi kewajibannya atas suaminya? Selain itu, calon
suaminya juga harus seorang Zoroastrianisme, penganut Zoroaster yang menyembah
Ahura Mazda, Tuhan yang bijaksana bagi mereka.
Pandangan lain yang sangat menyerang perasaan perempuan adalah
dihinakannya mereka ketika haidh dan nifas. Ketika haidh dan nifas perempuan
harus menjauh sejauh-jauhnya dari masyarakat. Namun setelah kekalahan pasukan
Sassania ke tangan pasukan Islam dan kemudian Persi diperintah oleh khilafah
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, dejarat perempuan mulai naik sedikit demi
sedikit.
Islam datang setelah banyak bangsa kuno yang memandang perempuan
dengan sebelah mata, serta dianggap hina dan tidak berharga. Terbukti setelah
datangnya Islam, perempuan bisa menghirup udara bebas dan diberi tugas untuk
turut andil dalam membangun sebuah masyarakat yang berbudaya serta beradab,
yaitu melahirkan generasi-generasi gemilang dari rahimnya.
Sebab peran yang mulia ini, tidak heran jika dalam Islam tidak ada
yang namanya diskriminasi terhadap perempuan. Harkat serta martabat perempuan
selalu dijunjung tinggi oleh Islam. Walaupun begitu, tetap saja perempuan
berbeda dengan laki-laki.
Laki-laki memiliki keistimewaan yang berbeda dengan perempuan.
Begitu juga perempuan, ada kelebihan-kelebihan perempuan yang tidak dimiliki
oleh laki-laki. Laki-laki lebih kuat dari sisi pemikiran, kekuatan dan
kesigapannya. Berbeda dengan perempuan yang tabiatnya lebih lemah lembut.
Tetapi ketika keduanya disandingkan, urusan-urusan yang ada dapat menjadi
seimbang.
Hukum-hukum beserta adab bagi perempuan yang disyari'atkan Allah U bertujuan untuk menutup pintu kerusakan dan kebebasan. Untuk
menjaga perempuan dari laki-laki perusak yang keji yang selalu ada di tiap
ruang dan waktu. Maka dari itu tidak ada alasan untuk menuntut lebih dari yang
digariskan oleh Sang Maha Menetapkan, Allah U. Karena Allah U lah yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia dibalik penciptaan
makhluknya. Wallahu A'lam Bish Shawab.