Selasa, 26 November 2013

Abu Hurairah (wafat 57 H)

0 komentar

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya.
Pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain, karena banyak meriwayatkan hadist Umar bin Khaththab pernah menetangnya dan ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :” Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah ia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka”. Kalau begitu kata Umar, engkau boleh pergi dan menceritakan hadist.
Syu’bah bin al-Hajjaj memperhatikan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Ka’ab al-Akhbar dan meriwayatkan pula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tetapi ia tidak membedakan antara dua riwayatnya tersebut. Syu’bah pun menuduhnya melakukan tadlis, tetapi Bisyr bin Sa’id menolak ucapan Syu’bah tentang Abu Hurairah. Dan dengan tegas berkata: Bertakwalah kepada allah dan berhati hati terhadap hadist. Demi Allah, aku telah melihat kita sering duduk di majelis Abu Hurairah. Ia menceritakan hadist Rasulullah dan menceritakan pula kepada kita riwayat dari Ka’ab al-Akhbar. Kemudian dia berdiri, lalu aku mendengan dari sebagian orang yang ada bersama kita mempertukarkan hadist Rasulullah dengan riwayat dari Ka’ab. Dan yang dari Ka’ab menjadi dari Rasulullah.”. Jadi tadlis itu tidak bersumber dari Abu Hurairah sendiri, melainkan dari orang yang meriwayatkan darinya.
Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”.
Marwan bin al-Hakam pernah mengundang Abu Hurairah untuk menulis riwayat darinya, lalu ia bertanya tentang apa yang ditulisnya, lalu Abu Hurairah menjawab :” Tidak lebih dan tidak kurang dan susunannya urut”.
Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari /abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi.
Sanad paling shahih yang berpangkal daripadanya adalah Ibnu Shihab az-Zuhr, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah).
Adapun yang paling Dlaif adalah as-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.
Ia wafat pada tahun 57 H di Aqiq.
Disalin dari Biografi Abu Hurairah dalam Al-Ishabah Ibn Hajar Asqalani No. 1179, Tahdzib al ‘asma: An-Nawawi 2/270

Contoh Hadits Maudhu'

0 komentar
Misalnya; hadits yang dikeluarkan oleh al-Khathib al-Baghdadi di dalamTarikh al-Baghdad, (5/297) dari jalan
مُحَمَّدٌ بْنُ سَلْمَانَ بْنِ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَمَّا أَسْرَى بِي إِلَى السَّمَاءِ: فَصُرْتُ إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ سَقَطَ فِي حُجْرِي تُفَّاحَةٌ، فَأَخَذْتُهَا بِيَدِيْ، فَانْفَلَقَتْ فَخَرَجَ مِنْهَا حَوْرَاءَ تَقَهْقَهَ، فَقُلْتُ لَهَا: تَكَلَّمِيْ، لِمَنْ أَنْتَ؟ قَالَتْ لِلْمَقْتُوْلِ شَهِيْدًا عُثْمَانَ
Muhammad bin Sulaiman bin Hisyam, Waki’ mengajarkan hadits kepada kami, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ketika Allah mengisra’kan aku ke langit, aku memasuki langit keempat, punggungku kejatuhan buah apel, lalu ia kuambil dengan tanganku, lalu merekah, dari buah itu keluar bidadari tertawa terbahak-bahak lalu aku tanya ia, “Jawablah, untuk siapakah kamu diciptakan?” bidadari itu berkata; “Untuk yang terbunuh sebagai syahid, yaitu Usman”.
Hadits ini maudlu’, di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sulaiman bin Hisyam, al-Khathib al-Baghdadi menyatakan bahwa ia telah memalsukan hadits, dan adz-Dzahabi mendustakannya di dalamMizan al-I’tidal (3/57). Ibnu Adi berkata, “Dia menyambungkan hadits dan mencurinya”.


Surah Al-Mujadilah (The Woman who disputes)

0 komentar

In the Name of Allah, The Most Gracious, Most Merciful

1. Indeed Allah has heard the statement of her (Khaulah bint Tha'labah) that disputes with you (O Muhammad ) concerning her husband (Aus bin As-Samit), and complains to Allah. And Allah hears the argument between you both. Verily, Allah is All-Hearer, All-Seer.
2. Those among you who make their wives unlawful (Az-Zihar) to them by saying to them "You are like my mother's back." They cannot be their mothers. None can be their mothers except those who gave them birth. And verily, they utter an ill word and a lie. And verily, Allah is Oft-Pardoning, Oft-Forgiving.
3. And those who make unlawful to them (their wives) (by Az-Zihar) and wish to free themselves from what they uttered, (the penalty) in that case (is) the freeing of a slave before they touch each other. That is an admonition to you (so that you may not return to such an ill thing). And Allah is All-Aware of what you do.
4. And he who finds not (the money for freeing a slave) must fast two successive months before they both touch each other. And for him who is unable to do so, he should feed sixty of Miskin (poor). That is in order that you may have perfect Faith in Allah and HisMessenger. These are the limits set by Allah. And for disbelievers, there is a painful torment.
5. Verily, those who oppose Allah and His Messenger (Muhammad ) will be disgraced, as those before them (among the past nation), were disgraced. And We have sent down clear Ayat (proofs, evidences, verses, lessons, signs, revelations, etc.). And for the disbelievers is a disgracing torment.
6. On the Day when Allah will resurrect them all together (i.e. the Day of Resurrection) and inform them of what they did. Allah has kept account of it, while they have forgotten it. And Allah is Witness over all things.
7. Have you not seen that Allah knows whatsoever is in the heavens and whatsoever is on the earth? There is no Najwa (secret counsel) of three, but He is their fourth (with His Knowledge, while He Himself is over the Throne, over the seventh heaven), nor of five but He is their sixth (with His Knowledge), not of less than that or more, but He is with them (with His Knowledge) wheresoever they may be; and afterwards on the Day of Resurrection, He will inform them of what they did. Verily, Allah is the All-Knower of everything.
8. Have you not seen those who were forbidden to hold secret counsels, and afterwards returned to that which they had been forbidden, and conspired together for sin and wrong doing and disobedience to the Messenger (Muhammad  ). And when they come to you, they greet you with a greeting wherewith Allah greets you not, and say within themselves: "Why should Allah punish us not for what we say?" Hell will be sufficient for them, they will burn therein, and worst indeed is that destination!
9. O you who believe! When you hold secret counsel, do it not for sin and wrong-doing, and disobedience towards the Messenger (Muhammad ) but do it for Al-Birr (righteousness) and Taqwa (virtues and piety); and fear Allah unto Whom you shall be gathered.
10. Secret counsels (conspiracies) are only from Shaitan (Satan), in order that he may cause grief to the believers. But he cannot harm them in the least, except as Allah permits, and in Allah let the believers put their trust .
11. O you who believe! When you are told to make room in the assemblies, (spread out and) make room. Allah will give you (ample) room (from His Mercy). And when you are told to rise up [for prayers, Jihad (holy fighting in Allah's Cause), or for any other good deed], rise up. Allah will exalt in degree those of you who believe, and those who have been granted knowledge. And Allah is Well-Acquainted with what you do.
12. O you who believe! When you (want to) consult the Messenger (Muhammad ) in private, spend something in charity before your private consultation. That will be better and purer for you. But if you find not (the means for it), then verily, Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful.
13. Are you afraid of spending in charity before your private consultation (with him)? If then you do it not, and Allah has forgiven you, then (at least) perform As-Salat (Iqamat-as-Salat) and give Zakat and obey Allah (i.e. do all what Allah and His Prophet  order you to do). And Allah is All-Aware of what you do.
14. Have you (O Muhammad ) not seen those (hypocrites) who take for friends a people upon whom is the Wrath of Allah (i.e. Jews)? They are neither of you (Muslims) nor of them (Jews), and they swear to a lie while they know.
15. Allah has prepared for them a severe torment. Evil indeed is that which they used to do.
16. They have made their oaths a screen (for their evil actions). Thus they hinder (men) from the Path of Allah, so they shall have a humiliating torment.
17. Their children and their wealth will avail them nothing against Allah. They will be (the) dwellers of the Fire, to dwell therein forever.
18. On the Day when Allah will resurrect them all together (for their account), then they will swear to Him as they swear to you (O Muslims). And they think that they have something (to stand upon). Verily, they are liars!
19.  Shaitan (Satan) has overtaken them. So he has made them forget the remembrance of Allah. They are the party of Shaitan(Satan). Verily, it is the party of Shaitan (Satan) that will be the losers!
20. Those who oppose Allah and His Messenger (Muhammad ), they will be among the lowest (most humiliated).
21. Allah has decreed: "Verily! It is I and My Messengers who shall be the victorious." Verily, Allah is All-Powerful, All-Mighty.
22. You (O Muhammad ) will not find any people who believe in Allah and the Last Day, making friendship with those who oppose Allah and His Messenger (Muhammad  ), even though they were their fathers, or their sons, or their brothers, or their kindred (people). For such He has written Faith in their hearts, and strengthened them with Ruh (proofs, light and true guidance) from Himself. And We will admit them to Gardens (Paradise) under which rivers flow, to dwell therein (forever). Allah is pleased with them, and they with Him. They are the Party of Allah. Verily, it is the Party of Allah that will be the successful.
http://www.dar-us-salam.com/TheNobleQuran/surah58.html

Peristiwa Terbunuhnya Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib

0 komentar

Amirul Mukminin menghadapi masalah yang berat, kondisi negara saat itu tidak stabil, pasukan beliau di Iraq dan di daerah lainnya membangkang perintah beliau, mereka menarik diri dari pasukan. Kondisi di wilayah Syam juga semakin memburuk. Penduduk Syam tercerai berai ke utara dan selatan. Setelah peristiwa tahkim penduduk Syam menyebut Mu’awiyah sebagai amir. Seiring bertambahnya kekuatan penduduk Syam semakin lemah pula kedudukan penduduk Iraq. Padahal amir mereka adalah Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. sebaik-baik manusia di atas muka bumi pada zaman itu, beliau yang paling taat, paling zuhud, paling alim dan paling takut kepada Allah. Namun walaupun demikian, mereka meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri. Padahal Ali telah memberikan hadiah-hadiah yang melimpah dan harta-harta yang banyak. Begitulah perlakuan mereka terhadap beliau, hingga beliau tidak ingin hidup lebih lama dan mengharapkan kematian. Karena banyaknya fitnah dan merebaknya pertumpahan darah. Beliau sering berkata, ” Apakah gerangan yang menahan peristiwa yang dinanti-nanti itu? Mengapa ia belum juga terbunuh?” Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, aku akan mewarnai ini sembari menunjuk jenggot beliau- dari sini!” -sembari menunjuk kepala beliau-.54
*Kronologis Terbunuhnya Ali رضي الله عنه
Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya55 menyebutkan bahwa tiga orang Khawarij berkumpul, mereka adalah Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jabalah dari suku Kindah al-Mishri, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amru bin Bakr at-Tamimi.56 Mereka mengenang kembali perbuatan Ali bin Abi Thalib yang membunuh teman-teman mereka di Nahrawan, mereka memohon rahmat buat teman-teman mereka itu. Mereka berkata, “Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling banyak shalatnya, mereka adalah penyeru manusia kepada Allah. Mereka tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus diri kita lalu kita datangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu kemudian kita bunuh mereka sehingga kita membebaskan negara dari kejahatan mereka dan kita dapat membalas dendam atas kematian teman-teman kita.”
Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib!”
Al-Burak bin Abdillah berkata, “Aku akan menghabisi Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”
Amru bin Bakr berkata, “Aku akan menghabisi Amru bin al-Ash.”
Merekapun berikrar dan mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari niat semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Merekapun mengambil pedang masing-masing sambil menyebut nama sahabat yang menjadi targetnya. Mereka sepakat melakukannya serempak pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ketiganya berangkat menuju tempat target masing-masing.
Adapun Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Setibanya di sana ia menyembunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. Ia adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami’. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu. Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib untuk dirinya. Ibnu Muljam berkata, “Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali.”
Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia mengutus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyja’i al-Haruri. Ibnu Muljam berkata kepadanya, “Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”
“Apa itu?” Tanyanya.
“Membunuh Ali!” Jawab Ibnu Muljam.
Ia berkata, “Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?”
Ibnu Muljam berkata, “Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh maka apa yang tersedia di sisi Allah lebih baik dari-pada dunia.”
Ia berkata, “Celaka engkau, kalaulah orang itu bukan Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya.”
Ibnu Muljam berkata, “Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?”
“Benar!” jawabnya.
“Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya” kata Ibnu Muljam.
Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya.
Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jum’at 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, “Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu57yang mana Ali biasa keluar dari-nya. Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, “Shalat….shalat!” Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau.58 Darah beliau mengalir membasahi jenggot beliau رضي الله عنه. Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” Ia membaca firman Allah:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (Al-Baqarah: 207).
Ali berteriak, “Tangkap mereka!”
Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.
Ali menyuruh Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahab59 untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya. Ali berkata kepadanya,” Apa yang mendorongmu melakukan ini?” Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk!”
Ali berkata kepadanya, “Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk.”
Kemudian beliau berkata, “Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!”
* Pemakaman Jenazah Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه
Setelah Ali رضي الله عنه wafat, kedua puteranya yakni al-Hasan dan al-Husein memandikan jenazah beliau dibantu oleh Abdullah bin Ja’far. Kemudian jenazahnya dishalatkan oleh putera tertua beliau, yakni al-Hasan. Al-Hasan bertakbir sebanyak sembilan kali.60
Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawatiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau. Itulah yang masyhur. Adapun yang mengatakan bahwa jenazah beliau diletakkan di atas kendaraan beliau kemudian dibawa pergi entah ke mana perginya maka sungguh ia telah keliru dan mengada-ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Akal sehat dan syariat tentu tidak membenarkan hal semacam itu. Adapun keyakinan mayoritas kaum Rafidhah yang jahil bahwa makam beliau terletak di tempat suci Najaf, maka tidak ada dalil dan dasarnya sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa makam yang terletak di sana adalah makam al-Mughirah bin Syu’bah رضي الله عنه .
Al-Khathib al-Baghdadi61meriwayatkan dari al-Hafizh Abu Nu’aim dari Abu Bakar Ath-Thalahi dari Muhammad bin Abdillah al-Hadhrami al-Hafizh Muthayyin, bahwa ia berkata, “Sekiranya orang-orang Syi’ah mengetahui makam siapakah yang mereka agung-agungkan di Najaf niscaya mereka akan lempari dengan batu. Sebenarnya itu adalah makam al-Mughirah bin Syu’bah62
Al-Hafizh Ibnu Asakir63 meriwayatkan dari al-Hasan bin Ali, ia berkata, “Aku mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga ja’dah.”
Abdul Malik bin Umair64 bercerita, “Ketika Khalid bin Abdullah menggali pondasi di rumah anaknya bernama Yazid, mereka menemukan jenazah seorang Syaikh yang terkubur di situ, rambut dan jenggotnya telah memutih. Seolah jenazah itu baru dikubur kemarin. Mereka hendak membakarnya, namun Allah memalingkan niat mereka itu. Mereka membungkusnya dengan kain Qubathi, lalu diberi wewangian dan dibiarkan terkubur di tempat semula. Tempat itu berada dihadapan pintu al-Warraqin setelah kiblat masjid di rumah tukang sepatu. Hampir tidak pernah seorang pun bertahan di tempat itu melainkan pasti akan pindah dari situ.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, ia berkata, “Jenazah Ali dishalatkan pada malam hari dan dimakamkan di Kufah, tem-patnya sengaja dirahasiakan, namun yang pasti di dekat gedung imarah (istana kepresidenan).” 65
Ibnu Kalbi66berkata, “Turut mengikuti proses pemakaman jenazah Ali pada malam itu al-Hasan, al-Husain, Ibnul Hanafiyyah, Abdullah bin Ja’far dan keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Mereka memakamkannya di dalam kota Kufah, mereka sengaja merahasiakan makam beliau karena kekhawatiran terhadap kebiadaban kaum Khawarij dan kelompok-kelompok lainnya.
* Tanggal Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dan Usia Beliau
Ali رضي الله عنه , terbunuh pada malam Jum’at waktu sahur pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Ada yang mengatakan pada bulan Rabi’ul Awwal. Namun pendapat pertama lebih shahih dan populer.
Ali رضي الله عنه ditikam pada hr Jum’at 17 Ramadhan tahun 40 H, tanpa ada perselisihan.67
Ada yang mengatakan beliau wafat pada hari beliau ditikam, ada yang mengatakan pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan.
Al-Fallas berkata, “Ada yang mengatakan, beliau ditikam pada malam dua puluh satu Ramadhan dan wafat pada malam dua puluh empat dalam usia 58 atau 59 tahun.” 68
Ada yang mengatakan, wafat dalam usia 63 tahun.69 Itulah pendapat yang masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin al-Hanafiyah, Abu Ja’far al-Baqir, Abu Ishaq as-Sabi’i dan Abu Bakar bin ‘Ayasy. Sebagian ulama lain mengatakan, wafat dalam usia 63 atau 64 tahun. Diriwayatkan dari Abu ja’far al-Baqir, katanya, “Wafat dalam usia 65 tahun.”
Masa kekhalifahan Ali lima tahun kurang tiga bulan. Ada yang mengatakan empat tahun sembilan bulan tiga hari. Ada yang mengatakan empat tahun delapan bulan dua puluh tiga hari, semoga Allah meridhai beliau.70
_______________________________________________________________________________________________
54 Rasulullah صلى الله عليه وسلم. telah mengabarkan bahwa Ali رضي الله عنه akan mati terbunuh seperti yang disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, 1/102-130-156 dan kitab Dala’il an-Nubuwwah karangan al-Baihaqi, 6/438 dengan sanad shahih seperti yang dikatakan oleh Ahmad Syakir.
55 Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/143-146, ath-Thabaqat karangan Ibnu Sa’ad, 3/36-37, al-Muntazham, 5/172-173, al- Kamil, 3/388-389 dan Tarikh Islam juz Khulafaur Rasyidin halaman 607-608.
56 Dalam kitab ath-Thabaqat Ibnu Sa’ad disebutkan bahwa mereka berkumpul di Makkah.
57 As-Suddah adalah pintu rumah dan atap yang menutupi pintu rumah, atau pekarangan di depan rumah, lihat kamus al-Wasith.
58 Qarnul insan, adalah bagian atas kepala. Silakan lihat kamus Muhith.
59 Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam al-Ishabah, 1/484 dan 527, dan menyebutkan kontroversi tentang statusnya apakah termasuk sahabat atau bukan. Ibunya adalah Ummu Hani’ binti Abi Thalib, berarti Ali adalah pamannya.
60 Dalam sejumlah riwayat lainnya disebutkan empat kali takbir, barangkali itulah yang benar, silakan lihat ath-Thabaqat al-Kubra, 3/38.
61 Tarikh Baghdad, 1/138.
62 Karena mereka sangat membenci al-Mughirah bin Syu’bah رضي الله عنه, pent.
63 Tarikh Dimasyq, 12/420.
64 Silahkan lihat Tarikh Baghdad, 1/137.
65 Silatrkan lihat Tarikh Islam karangan Adz-Dzahabi juz Khulafaur Rasyidin halaman 650.
66 Silakan lihat Tarikh Dimasyq, 12/421.
67 Perkataan beliau, “Tanpa ada perselisihan,” maksudnya tahunnya, adapun bulan dan tanggalnya telah terjadi perselisihan di dalamnya.
68 Silakan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/151.
69 Ibnu Sa’ad menukil dalam kitab ath-Thabaqat, 3/381 dari al-Waqidi bahwasanya ia berkata, “Itulah pendapat yang shahih menurut kami.” Saya katakan, Ini bersesuaian dengan pendapat yang mengatakan bahwa tahun kelahirannya adalah dua puluh tahun sebelum Rasulullah صلى الله عليه وسلم diangkat menjadi rasul.
70 Silakan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/152-153, demikian pula Tarikh Dimasyq, 12/423 dan 428. Pendapat-pendapat ini saling berdekatan, perbedaan antara pendapat pertama, kedua dan ketiga didasarkan atas perbedaan penentuan tanggal pembai’atan beliau dan tanggal wafat beliau setelah ditikam.
Disalin dari :
ترتيب وتهذيب كتاب البداية والنهاية
Judul Asli: Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah
Penulis: al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir
Pennyusun: Dr.Muhammad bin Shamil as-Sulami
Penerbit: Dar al-Wathan, Riyadh KSA. Cet.I (1422 H./2002 M)
Edisi Indonesia: Al-Bidayah wan-Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin
Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari
Muraja’ah: Ahmad Amin Sjihab, Lc
Penerbit: Darul Haq, Cetakan I (Pertama) Dzulhijjah 1424 H/ Pebruari 2004 M.

Senin, 25 November 2013

Sang Pembunuh Imam Ali Radhiallahu ‘Anhu

0 komentar

Bagaimana fitnah wanita telah menimpakan sebuah keimanan seseorang, sehingga terbutakan hati olehnya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ.
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (Muttafaq ‘alaihi).

Ibnu Muljam dan Wanita Cantik berpaham Khawarij

Dan masyahur di kalangan umat ini tentang sebuah golongan yang banyak menimbulkan kekacaun negeri, mereka adalah golongan khawarij. Golongan ini muncul pertama kali pada zaman Rasulullahshallallahu ‘alahi wa sallam ketika dalam peristiwa pembagian harta ghanimah pada perang Hunain. Dan datanglah seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan langsung serta merta mengatakan, “Berbuat adillah hai Muhammad!!” Maka nabi shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab, Dan celakalah, Siapa yang bisa berbuat adil, Selain keadilanku.”
Pesatnya paham ini ketika masa pemerintahan khalifah Ali radhiallahu ‘anhu ketika terjadi perang siffin. Mereka menyempal dari barisan pasukan Ali dengan alasan Ali telah berbuat maksiat kepada Allah..
Setelah kejadian itu mereka meninggalkan bashrah menuju ke suatu daerah yang bernama Harura’. Sehingga kaum khawarij ini dinamakan juga dengan haruriyun/haruriyah. Kemudian Imam Ali memerangi mereka dalam perang An-Nahrawan, dan mereka berhasil dikalahkan.
Telah disebutkan oleh ibnu Faraj Al-Jauzi rahimahullah ta’ala dalam kitab Dzamulhawa :
Siapa yang tidak kenal dengan Pembunuh masyhur ini, dialah Abdurrahman ibnu Muljam sang pembunuh khalifah Ali radhiallahu ‘anhu.
Abdurrahman ibnu Muljam dulunya seorang ahlussunnah, fasih dalam Alquran, dan taat menjalankan agama. Dia di utus oleh khalifah Umar bin Khatab radhiallahu ‘anhu ke Mesir untuk mengajar penduduknya.
Diceritakan, suatu ketika Abdurrahman bin Muljam melihat wanita dari Taim Ar-Rabbab yang biasa dipanggil Qatham. Ia merupakan wanita yang paling cantik, tetapi berpaham khawarij. Kaum wanita tersebut telah dibunuh karena mengikuti paham khawarij pada perang An-Nahrawan.
Ketika Ibnu Muljam melihatnya, dia jatuh cinta padanya lalu melamarnya. Wanita ini mengatakan, “Aku tidak menikah denganmu kecuali dengan syarat mahar 3000 dinar dan membunuh Ali bin Abi Thalib”. Akhirnya, dia menikahinya dengan syarat tersebut. Ketika telah bersua dengannya, wanita ini berkata, “Hai! Kamu telah menyelesaikan (hajatmu). Pergilah!” Ia pun keluar dengan menyandang senjatanya, dan Qatham juga keluar. Lalu, Qatham memasangkan peci kepadanya di masjid. Ketika ‘Ali keluar sambil menyerukan, “Shalat! shalat!”, Ibnu Muljam mengikutinya dari belakang lalu menebasnya dengan pedang pada batok kepalanya.
Tentang hal ini, seorang penyair berkata,
لم أر مهرا ساقه ذو سماحة … كمهر قطام بيننا غير معجم
ثلاثة آلاف وعبد وقينة … وقتل علي بالحسام المصمم
فلا مهر أغلى من علي وإن غلا … ولافتك إلا دون فتك ابن ملجم
Aku tidak melihat mahar yang dibawa oleh orang yang punya kehormatan
Seperti mahar Qatham yang sedemikian jelas tidak samar
Mahar 300 dinar, hamba sahaya, biduanita
Dan membunuh ‘Ali dengan pedang yang tajam
Tidak ada mahar yang lebih mahal dari Ali meskipun berlebihan
Tidak ada kebengisan yang Melebihi kebengisan Ibnu Muljam
(Dzammul hawa (ذم الهوى) yang ditahqiq Musthafa Abdul Wahid hal. 361)
Sumber:
  • Madah Tarikh At-Tasyri’ Al-Islamiy, Mustawal ulla, MEDIU
  • Suaraquran.com
http://kisahmuslim.com/sang-pembunuh-imam-ali/

RUQAYYAH BINTI RASULULLAH

0 komentar



            Raqayyah binti Rasulullah r Rasulullah dilahirkan sekitar dua puluh tahun sebelum hijrah. Ia adalah putri yang tertua dari putri-putri Rasulullah r . Ia pernah di nikahi oleh Uthbah bin Abi Lahab bin Abdul Muthalib sebelum ayahnya diangkat menjadi seorang nabi dan Rasul Allah r. Ketika di utusnya Rasulullah r dan turunnya ayat surat Al Lahab kepada beliau. Maka berkatalah Abu Lahab kepada Uthbah, ‘Kepalaku dan kepalamu haram bila engkau tidak menceraikan anaknya Muhammad h (Ruqayyah). Maka Uthbah menceraikan istrinya sedangkan ia sama sekali belum pernah mengumpuli Ruqayyah. Maka masuklah Ruqayyah ke dalam Islam, ketika ibundanya Khadijah menyatakan keislamannya dan berbai’at kepada Rasulullah r. Kemudian Ruqayyah di nikahi oleh Utsman bin Affan dan Makkah dan ikut hijrah bersama suaminya ke negeri Habasyah sebanyak dua kali. Dan kemudian  hijrah ke Madinah setelah suaminya Utsman bin Affan yaitu ketika hijrahnya Rasulullah r. Setelah itu Ruqayyah mengalami sakit  dan menderita penyakit campak, ketika itu Rasulullah r sedang bersiap-siap menuju peperangan Badr. Maka Rasulullah r meninggalkan Utsman bin Affan di Madinah untuk menjaga Ruqayyah. Karena penyakitnya akhirnya Ruqayyah menghembuskan nafasnya yang terakhir dan kembali keharibaan Rabbnya yang mulia. Ketika itu Rasulullah r masih barada di Badr pada bulan Ramadhan yang bertepatan dengan tujuh belas bulan dari kehijrahan Rasulullah r.
            Ketika Ruqayyah wafat, maka bertangisanlah para wanita muslimah. Kemudian datang Umar bin Khattab memukuli mereka dengan tongkatnya. Maka Rasulullah r menahan tangan Umar bin Khattab, lalu beliau bersabda,
“Menangislah kalian dan jauhilah oleh kalian ratapan syaitan, sesungguhnya menangis itu selama bersumber dari hati dan mata maka ia dari Allah Y dan merupakan rahmat (bentuk kasih sayang). Namun selama ia bersumber (disertai) dengan tangan dan lisan maka ia dari syaitan. Kemudian Fathimah duduk di sisi kuburan di sebelah nabi r dan kemudian ia menangis, maka Rasulullah r menghapus air matanya dengan ujung jubahnya.
            Dari Anas bin Malik ia berkata, ‘Kami menyaksikan pemakaman Ruqayyah putri Rasulullah r, adapun Rasulullah r duduk disisi kuburnya, maka aku melihat kedua matanya menangis, kemudian beliau bersabda, “Adakah salah seorang dari kalian yang tidak berkumpul dengan istrinya tadi malam? Maka berkatalah Abu Thalhah, ‘Saya ya Rasulullah r! Maka beliau bersabda, ‘Turunlah kedalam kuburannya! Maka ia pun masuk kedalam kuburan Ruqayyah untuk menguburkannya.


مسائل يكثر السؤال عنها في الجمع بين الصلاتين (بسبب المطر) الأحكام المتعلقة بها

0 komentar

عيسى بن حسن الذياب

 تمهيد : إن مسائل الجمع بين الصلاتين (بسبب المطر) من مسائل الخلاف بين العلماء ، فعليها لابد أن ، نعطي هذه المسائل حجماً مناسباً فلا نعطيها أعظم مما يليق ( فتختلف النفوس وتتفرق القلوب) ولا يمنع ذلك من المناقشة والبحث العلمي للوصول إلى الحق والصواب .
أما الفوضى الناشئة عن الجمع أو عدمه فهذا يقول أجمع وهذا يقول لا يجمع ، وهذا أمر لا ينبغي وخاصة في المسجد صيانة لهما مما يخل بآداب الإسلام الإمام هو سيد الموقف وهو يتحمل فعله بينه وبين الله كما قال  صلى الله عليه وسلم  ( الإمام ضامن فإن أحسن فله ولهم وان أساء فعليه) أحرجه ابن ماجة حسنه الألباني السلسلة .
إن المساجد لها حرمة ومكانة لا يجوز اللغط فيها كما قال  صلى الله عليه وسلم  ( إن هذه المساجد لا يصلح فيها شي من كلام الناس) ، فمن رضي بالجمع فليصل ومن لم يرضى ولم تطمئن نفسه به فله أن يصلي معهم و ينوها نفلا تطوعا ، أو أن ينصرف صامتاً هادئاً ، ولا يمنع هذا من المناقشة بعد الصلاة مناقشة علمية ودية .
وقبل الشروع في ذكر المسائل أود أن أذكر أن مسائل الجمع بين الصلاتين بسبب المطر كثيرة جداً ولكن سأقتصر فقط على المسائل التي يكثر السؤال عنها ، وأن جميع الأحكام التي سأذكرها هي من اختيارات الشيخ محمد بن عثيمين رحمة الله تعالى .

(السؤال1) حكم الجمع بين الصلاتين بسبب المطر.؟ 
الجمع سنة إذا وجد سببه لوجهين :
إنها رخصة والله يحب أن تؤتى رخصه .
اقتداء بالرسول  صلى الله عليه وسلم  ، والرسول  صلى الله عليه وسلم  قال: (صلوا كما رأيتموني أصلي) ، وقد ثبت عنه انه جمع في المدينة بين الظهر والعصر والمغرب والعشاء كما عند مسلم من حديث ابن عباس  رضي الله عنه  .

(السؤال2) أي الصلوات يجوز الجمع بينها.؟ 
بين العشاءين ( المغرب والعشاء) بالإجماع.
وبين الظهرين ( الظهر والعصر) على القول الراجح.
لوجود العلة وهي المشقة ولحديث ابن عباس  رضي الله عنه  أن النبي  صلى الله عليه وسلم  ( جمع في المدينة بين الظهر والعصر والمغرب والعشاء ) أخرجه مسلم.

(السؤال3) هل من لازم الجمع القصر.؟ 
ليس من لازم الجمع القصر .
فقد يجوز الجمع ولا يجوز القصر (كالجمع بين الصلاتين بسبب المطر) .
وقد يجوز القصر ولا يجوز الجمع ( على رأي من يرى القصر للمسافر من غير الجمع إذا كان نازلاً) .

(السؤال4) في أي الوقتين يجمع بين الصلوات (جمع تقديم أو تأخير) .؟ 
فعل الأرفق به .
فإذا تساوى الأمران فجمع التقدم أفضل :
أ/ لأنه لا يضمن دوام المطر ب/خروجا من خلاف المالكية والشافعية ج/ولفعله  صلى الله عليه وسلم  .

(السؤال5) متى يجمع للمطر (أي المطر يُجمع له) .؟ 
إذا كان ( مطر) يبل الثياب لكثرته وغزارته ويشق على المكلف.
ومثله (الوحل والزلق والطين) وهو يشق على الناس إن مشوا عليه.
ومثله (الريح الشديد الباردة) ولا يشترط أن تكون في ليلة مظلمة (لكن لا بد من اجتماع الأمرين) "ريح شديد وباردة"
يجوز في هذه الأمور الجمع لوجود العلة وهي المشقة .

(السؤال6) هل يشترط للجمع النية قبل ( الصلاة الأولى) .؟ 
الراجح: أنه لا يشترط نية الجمع عند إحرام الأولى، فله أن ينوي الجمع ولو بعد سلامه من الأولى ولو عند إحرامه في الثانية (مادام السبب موجود).
ولا يشترط إخبار المأمومين بأنه سيجمع بين الصلاتين.

(السؤال7) هل يشترط الموالاة بين الصلاتين المجموع.؟ 
الراجح : أنه لا يشترط الموالاة بين المجموعتين فيجوز الفصل بين الصلاتين إما :
أ/ بصلاة راتبة.
ب/ لصلاة نافلة.
ج/ بأذكار.
د/ بكلام ولو لم يكن في صلب الصلاة.

(السؤال8) هل يشترط الترتيب بين الصلاتين المجموعة.؟ 
يشترط لأن النبي  صلى الله عليه وسلم  قال ( صلوا كما رأيتموني أصلي) وقد ثبت عنه  صلى الله عليه وسلم  أنه كان يصليها مرتبة .
ولا يسقط الترتيب بالنسيان أو الجهل فلا بد من الترتيب ، ويلزم من صلها غير مرتبة بإعادة الصلاة وليس عليه أثم لجهله ونسيانه .

(السؤال9) هل يجوز الجمع بين صلاة الجمعة وصلاة العصر.؟ 
- لا يصح الجمع لأمرين :
أ/لأن صلاة الجمعة صلاة مستقلة بشروطها وهيئتها وأركانها وثوابها ووقتها.
ب/ لأن السنة وردت في الجمع بين الظهر والعصر ولم يرد في الجمع بين الجمعة والعصر مع أن النبي  صلى الله عليه وسلم  مرت عليه
أيام في الجمعة وكانت ممطرة ومع ذلك لم يجمع  صلى الله عليه وسلم  ( كما في حديث الأعرابي).
وبعض أهل العلم يقول بجواز الجمع بين الجمعة والعصر لعموم حديث ابن عباس  رضي الله عنه  أن النبي  صلى الله عليه وسلم  ( جمع في المدينة بين الظهر والعصر والمغرب والعشاء ) أخرجه مسلم ، ولوجود العلة وهي المشقة وهو اختيار الأمام النووي . 


(السؤال10) الأذان والإقامة عند الجمع 
ذهب جمهور أهل العلم إلى أنه يؤذن أذان واحد ويقام لكل صلاة إقامة خاصة بها .
والدليل فعله  صلى الله عليه وسلم  في عرفة ومزدلفة وهو عام لكل جمع بين الصلاتين .
إذا كان المطر شديد يشق على الناس الخروج للصلاة فإن المؤذن يؤذن ويقول في أذانه بعد (أشهد أن لا إله إلا الله أشهد أن محمدا رسول الله) "صلوا في رحالكم" .. بعض أهل العلم يقول يقال "صلوا في رحالكم" بعد الفراغ من الأذان أو بعد الفراغ من قول " حي على الصلاة حي على الفلاح".
ولكن كونه يجعلها مكان "حي على الصلاة" هو المناسب من حيث المعنى ، لأن قوله "صلوا في رحالكم" يخالف قوله "حي على الصلاة" ، فلا يحسن أن يقول المؤذن تعالوا ثم يقول لا تجيئوا "صلوا في رحالكم" ، وهو الذي يقتضيه حديث ابن عباس رضي الله عنهما ، فقد جاء عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما. ( أنه قال لمؤذنه في يوم مطير : إذا قلت : أشهد أن لا إله إلا الله أشهد أن محمدا رسول الله فلا تقل حي على الصلاة قل : صلوا في بيوتكم قال : فكان الناس استنكروا ذلك فقال : أتعجبون من ذا ؟ قد فعل ذا من هو خير مني) يعني بذلك النبي صلى الله عليه وسلم .

(السؤال11) السنن الرواتب بعد الصلوات حال الجمع 
إذا كان الإمام يترك فرصة قبل صلاة العشاء فإنها تصلى قبل صلاة العشاء.
وإذا كان الإمام لا يترك فرصة فهو يصلي العشاء مباشرة بعد صلاة المغرب ، فإنك تصلي سنة المغرب بعد صلاة العشاء ثم تصلي سنة صلاة العشاء ، ومثله سنة صلاة الظهر مع العصر .
وليس هناك إشكال لو صليت سنة الظهر بعد صلاة العصر ، فليس هذا بوقت نهي ولا يدخل في قول النبي  صلى الله عليه وسلم  (لا صلاة بعد العصر حتى تغرب الشمس) لأن الوقت الحقيقي للعصر لم يدخل ، فالوقت الموجود هو وقت صلاة الظهر، ووقت النهي يبدء في وقت صلاة العصر كما جاء في الحديث عن علي  رضي الله عنه  قال ( نهى النبي  صلى الله عليه وسلم  عن الصلاة بعد العصر إلا والشمس مرتفعة ) رواه أبو داود والنسائي وصححه الشيخ الألباني كما في السلسلة ، وقبله الحافظ في الفتح ، وابن حزم في المحلى .
وبعض أهل العلم يقولون عند الجمع لا تصلى السنن الرواتب وحجتهم أنه لم بنقل عن النبي  صلى الله عليه وسلم  صلاة السنن عند الجمع .
ونقول لم ينقل لأن الأصل في الصلاة أن يتبعها السنن الرواتب ولم يتغير شيئ من ذلك إلا تقديم الصلاة أو تأخيرها .

(السؤال12) الأذكار بعد الصلاة : 
لا يخلوا من أمرين :
أ/ إذا كان الإمام يترك فرصة للأذكار بعد الصلاة الأولى فتقال بعد الصلاة الأولى.
ب/ إذا كان الإمام لا يترك فرصة للأذكار بعد الصلاة الأولى فتكون الأذكار بعد صلاة العشاء وتكون بنية واحدة لصلاة المغرب والعشاء.

(السؤال13) "صلاة الوتر" لمن جمع بين المغرب والعشاء ، هل يدخل وقت الوتر بالفراغ من صلاة العشاء فيكون تبعاً للصلاة أم له وقت خاص به .؟ 
الراجح هو قول الجمهور أن وقت الوتر يبداء بعد الفراغ من صلاة العشاء فهو تابع للعشاء لقول النبي  صلى الله عليه وسلم  ( إن الله زادكم صلاة هي الوتر فصلوها بين صلاة العشاء إلى صلاة الفجر ) رواه أبوداود والترمذي وابن ماجة والإمام احمد وصححه الشيخ الألباني كما في السلسلة والإرواء .
وبناء على ذلك من جمع جمع تقديم بين المغرب والعشاء فله أن يصلي الوتر بعد أداء صلاة العشاء.

(السؤال14) هل يجوز الجمع لمن لم يتأذ بالمطر كأن يكون المسجد في باب داره أو يمشي إليه في سقف.؟ 
الرخصة عامة إذا جمعوا فهي للقريب والبعيد ، فلا يصح أن ينفرد بعضهم لما في ذلك من تفريق الجماعة والدليل على ذلك :
أ/ أن النبي  صلى الله عليه وسلم  كان يجمع وبيته ملاصق للمسجد.
ب/ لحديث ( لا صلاة لجار المسجد إلا في المسجد ) فلا بد أن يصلي في المسجد مع جماعة المسجد ، وهذا
الحديث رواه الدارقطني والحاكم والبيهقي من حديث أبي هريرة وهو حديث ضعيف.

(السؤال15) رجل عادته التخلف عن الجماعة في صلاة المغرب والعشاء فإذا نزل المطر ذهب إلى المسجد لينتهز فرصة الجمع هل له الجمع أم يعامل بنقيض قصده .؟ 
الجمع في المسألة صحيح ولا خلل فيها.

(السؤال16) اختلاف النية بين الإمام والمأموم إذا كان الإمام يصلي العشاء والمأموم يصلي المغرب . 
إذا أتى المأموم وقد فاتته صلاة المغرب والإمام قد شرع في صلاة العشاء ، نقول ادخل مع الإمام وأنت بنية المغرب والإمام بنية وهي نية العشاء , ولا يضر اختلاف النية بين الإمام والمأموم على القول الراجح .

(السؤال17)
 من كان ماراً في مسجد في غير حية وجمع إمام ذلك المسجد هل يصح لهذا الشخص أن يجمع ، علماً أن الحي الذي هو فيه لم يجمع .؟ 
الراجح إن كان الإمام جمع على الوجه المشروع وهو قد جمع معه فان جمعه صحيح ولا يُلزم بإعادة الصلاة.

تنبيه: 
- أطلب من الأخوة الزملاء القراء من يجد ملاحظة أو تصويب أو استدراك أو زيادة أن يراسلني على الأميل وله مني جزيل الشكر والتقدير والاحترام.
 
كتبه/ عيسى بن حسن الذياب إمام جامع الأندلس
المملكة العربية السعودية
الدمام 24/10/1424هـ
Abureem82701@hotmail.com 

PERAN (GENERASI MUDA) DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

0 komentar

Agar pemuda bisa terlibat aktif dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang baik, pemuda harus dibekali secara cukup tentang pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan tentang bagaimana menjaga kelesatrian alam. Bila ini dilakukan sejak dini, kita yakin masa depan lingkungan dan kondisi alam bisa lebih baik ke depan.. Usianya yang masih sangat muda dapat memberikan suatu contoh yang baik dalam upaya penjagaan kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dengan memulai dari suatu hal yang paling kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih. Apabila setiap pemuda memiliki kesadaran diri dan rasa tanggung jawab pribadi untuk menjaga kebersihan lingkungan, kita yakin bahwa lingkungan hidup kita akan baik.

Banyak cara yang bisa ditempuh. Salah satunya dengan melibatkan pemuda dalam kegiatan Bakti Sosial (BakSos) dari desa ke desa. Melibatkan pemuda dalam kegiatan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mulai dari langkah-langkah untuk menjaga kebersihan, tata cara pelestarian serta manfaat-manfaat dari lingkungan yang bersih.
Para pemuda yang memiliki kepedulian akan kebersihan dan kelestarian lingkungan, selalu berusaha menjaga dan merawat lingkungan sekitarnya. Namun satu hal yang sangat disayangkan pengaruh kebiasaan yang sudah membudaya di lingkungan sosial kita, membuat pemuda enggan melakukan hal-hal kecil. Melibatkan pemuda dalam mengelola sampah sebenarnya bisa menjadi contoh yang baik. Bila sejak remaja cerdas dalam mengelola sampah dan limbah, maka lingkungan hidup kita akan bisa lebih baik.


Pemuda sangat perlu dibekali dengan sikap kreatif dalam mengelola lingkungan. Sebab remaja yang kreatif akan bisa mengelola sampah dan limbah menjadi berkah. Adapun remaja yang memiliki kreatifitas tinggi, dapat memanfaatkan sampah yang dianggap sebagai limbah serta pencemaran lingkungan itu menjadi suatu produk yang bermutu dan berguna atau bermanfaat bagi orang lain. Melalui proses pengolahan dan proses produksi dengan menggunakan keterampilan dan mempoles sampah menjadi suatu keunikan akan memiliki nilai jual yang tinggi. Namun saat ini pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa sampah sekalipun bisa menghasilkan rupiah?
Kiranya untuk dapat melaksanakan semua kegiatan dalam upaya pelestarian lingkungan itu ada tiga hal yang menjadi catatan untuk kita semua, yakni 3D – Dimulai dari yang kecil, Dimulai dari diri sendiri, Dimulai dari sekarang -

Peran Pemuda Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup

0 komentar

Peran pemuda dalam melestarikan lingkungan hidup sangat besar. Pemuda merupakan generasi penerus yang kelak akan mewarisi bangsa ini, termasuk kekayaan alam dan lingkungan hidup di dalamnya. Bahkan harus meneruskan warisan itu kepada generasi yang akan datang.
Warisan kekayaan alam dan lingkungan hidup ibarat tongkat estafet di mana pemuda menjadi bagian di dalamnya. Agar estafet dan amanat itu terjaga, tidak bisa tidak, pemuda harus berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup. Kekayaan alam merupakan warisan yang harus diteruskan
Sejarah mencatat, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Termasuk ketika bergulirnya era reformasi.
Kini, kerusakan alam negeri ini semakin tidak terkendali di mana laju deforestasi hutan, pencemaran udara dan pencemaran air, krisis air bersih, langkanya fauna dan flora, hingga musnahnya terumbu karang semakin nyata. Negeri yang melimpah akan kekayaan alam dan lingkungan hidup semakin terancam. Warisan berharga ini mulai terkoyak dan tercabik-cabik.
Pemuda, sebagai pewaris dan penerus estafet kekayaan alam, sekali lagi harus membuktikan peran menjadi pemimpin dan pelopor usaha pelestarian lingkungan hidup. Estafet kekayaan alam Indonesia harus terus berlanjut.
Ayo Pemuda, sekarang saatnya berbenah (packing), puncak gunung sudah terlihat.
 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur