Ibnu Abbas t
meriwayatkan, bahwa suatu kali hujan turun di zaman Nabi r.
Kemudian Rasulullah r bersabda, ”Pagi ini, di
antara manusia ada yang bersyukur, namun ada juga sebagian yang kufur. Mereka
(yang bersyukur) berkata, ”Hujan ini adalah rahmat dari Allah.” Namun sebagian
lagi (yang kufur) berkata, ”Memang benar (hujan turun karena) bintang ini dan
bintang itu.” (HR Muslim)
Akhwati Muslimah…
Meski
kasus di atas terkait dengan hujan, namun kaidah ini berlaku untuk setiap
nikmat yang Allah U turunkan. Begitu
indahnya nikmat saat disyukuri. Sungguh kesyukuran itu jauh lebih berharga dari
nikmat yang disyukuri. Karena ia akan melahirkan banyak sekali buah dan faedah
yang akan dirasakan nikmatnya dalam segala sisi, baik di dunia maupun di
akhirat.
Tatkala
seorang hamba merasa senang, mengakui nikmat dari Allah U
dan mensyukurinya, maka Allah U
tak ingin mencabut nikmat itu darinya. "Nikmat itu hadir karena syukur,
dan syukur akan mengundang tambahan nikmat. Tambahan nikmat akan terus
diturunkan kepada seorang hamba, dan tidak akan berhenti hingga hamba itu
sendiri yang menghentikan syukurnya kepada Allah U."
Begitulah kesimpulan cerdas Ali bin Abi Thalib t.
Akhwati
Muslimah…
Barangsiapa
yang ingin nikmatnya bertambah, bersyukurlah. Allah t
tidak akan mengingkari firmanNya,
Dan
(ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan, ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Q.S. Al-Maidah: 7)
Minimal
ucapkanlah hamdalah ketika mendapatkan suatu kenikmatan sebagai refleksi rasa
syukur kita kepada Allah U. Sedangkan jika kita
mendapat kebaikan melalui perantara manusia, berterimakasihlah kepadanya.
Minimal ucapkan "Jazakumullah khair. Semoga Allah U
membalasmu dengan kebaikan."
Akhwati
Muslimah…
Tak
perlu menghitung seberapa banyak nikmat Allah U
yang telah dikaruniakan pada kita. Tetapi hitunglah seberapa banyak kita
bersyukur. Sudah sebandingkah syukur kita dengan nikmat yang telah kita terima?
Syukur kita akan sulit berbanding dengan karunia Allah U,
sebab karunia Allah U tidak akan dapat
dihitung.
Coba
perhatikan sekeliling kita. Sadar maupun tidak, dunia dan seisinya telah Allah U
anugerahkan pada kita untuk dimanfaatkan, dijaga, dan ditadaburi dengan sepenuh
rasa syukur dan amanah. Hakikat yang ada adalah Allah U
telah membentangluaskan segala nikmatnya di hadapan kita untuk dimanfaatkan semau
kita, namun kita tidak pernah ambil pusing bahkan melupakannya sama sekali
untuk mengingat bahwa segalanya berasal dari Allah U
Sang Pemilik Mutlak seluruh nikmat dan anugerah yang ada. Naudzubillah min
dzalik. Allahumaj'alna abidan hamidan syakiran.Wallahu A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar