Minggu, 24 November 2013

Syukur Pengikat Nikmat


Ibnu Abbas t meriwayatkan, bahwa suatu kali hujan turun di zaman Nabi r. Kemudian Rasulullah r bersabda, ”Pagi ini, di antara manusia ada yang bersyukur, namun ada juga sebagian yang kufur. Mereka (yang bersyukur) berkata, ”Hujan ini adalah rahmat dari Allah.” Namun sebagian lagi (yang kufur) berkata, ”Memang benar (hujan turun karena) bintang ini dan bintang itu.” (HR Muslim)
Akhwati Muslimah…
Meski kasus di atas terkait dengan hujan, namun kaidah ini berlaku untuk setiap nikmat yang Allah U turunkan. Begitu indahnya nikmat saat disyukuri. Sungguh kesyukuran itu jauh lebih berharga dari nikmat yang disyukuri. Karena ia akan melahirkan banyak sekali buah dan faedah yang akan dirasakan nikmatnya dalam segala sisi, baik di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba merasa senang, mengakui nikmat dari Allah U dan mensyukurinya, maka Allah U tak ingin mencabut nikmat itu darinya. "Nikmat itu hadir karena syukur, dan syukur akan mengundang tambahan nikmat. Tambahan nikmat akan terus diturunkan kepada seorang hamba, dan tidak akan berhenti hingga hamba itu sendiri yang menghentikan syukurnya kepada Allah U." Begitulah kesimpulan cerdas Ali bin Abi Thalib t.
Akhwati Muslimah…
Barangsiapa yang ingin nikmatnya bertambah, bersyukurlah. Allah t tidak akan mengingkari firmanNya,
Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan, ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Q.S. Al-Maidah: 7)
Minimal ucapkanlah hamdalah ketika mendapatkan suatu kenikmatan sebagai refleksi rasa syukur kita kepada Allah U. Sedangkan jika kita mendapat kebaikan melalui perantara manusia, berterimakasihlah kepadanya. Minimal ucapkan "Jazakumullah khair. Semoga Allah U membalasmu dengan kebaikan."
Akhwati Muslimah…
Tak perlu menghitung seberapa banyak nikmat Allah U yang telah dikaruniakan pada kita. Tetapi hitunglah seberapa banyak kita bersyukur. Sudah sebandingkah syukur kita dengan nikmat yang telah kita terima? Syukur kita akan sulit berbanding dengan karunia Allah U, sebab karunia Allah U tidak akan dapat dihitung.

Coba perhatikan sekeliling kita. Sadar maupun tidak, dunia dan seisinya telah Allah U anugerahkan pada kita untuk dimanfaatkan, dijaga, dan ditadaburi dengan sepenuh rasa syukur dan amanah. Hakikat yang ada adalah Allah U telah membentangluaskan segala nikmatnya di hadapan kita untuk dimanfaatkan semau kita, namun kita tidak pernah ambil pusing bahkan melupakannya sama sekali untuk mengingat bahwa segalanya berasal dari Allah U Sang Pemilik Mutlak seluruh nikmat dan anugerah yang ada. Naudzubillah min dzalik. Allahumaj'alna abidan hamidan syakiran.Wallahu A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur