Wahai ukhti muslimah....
Zaman
terus bergulir, ada saatnya kebenaran tampil dipermukaan, adakalanya pula hawa
nafsu menancapkan taringnya dipenjuru bumi. Tidak terlalu sulit berlaku taat
ketika situasi mendukung, ketika rata-rata orang berpihak kepada kebaikan, dan
saat hawa nafsu takhluk oleh kekuatan kebenaran. Tapi, bagaimana hidup di zaman
yang digambarkan oleh sahabat Abdullah bin Mas ‘ud, “kelak aka nada masanya,
hawa nafsulah yang akan memimpin kebenaran.”? Yakni warna dominan dizaman itu
adalah hawa nafsu, hawa nafsu pula yang memimpin manusia, menyetting suasana
dan menorehkan tinta serta noda dimana-mana. Fakta inilah yang kita hadapi,
seharusnya dengan adanya laju perkembangan teknologi kita bisa mengambil manfaatnya
akan tetapi kerap sekali kekuatan iman tak sebanding dengan besarnya arus
maksiat dan hawa nafsu.
Akhwati…. kita
hanyalah manusia akhir zaman yang lemah dan rentan sekali terhadap ujian, ditambah
tabiat hati yang mudah terbolak-balik. Sehingga kemungkinan tergelincir
ke jurang maksiat dan dosa sangatlah besar. Terlebih ketika godaan, fitnah dan
ujian telah meruap ke permukaan hingga tak ada yang bisa lepas dari
cengkramannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hikmah secara optimal, membutuhkan konsep yang tepat dan kesabaran yang sangat.
Akhwati…
jika kita mau merenungi sejenak kisah kehidupan para nabi dan rasul maka akan
kita dapati keteguhan dan kesabaran dalam menghadapi semua ujian iman dan
fitnah perjuangan. Namun rintangan itu tidak lantas membuat mereka patah semangat,
justru ia melahirkan satu optimis baru, dimana optimis tersebut terwarisi dari
satu generasi ke generasi. Hal itu membuktikan bahwa mereka sanggup bersikap
teguh dan berdiri kukuh ditengah badai ujian, bahkan mereka mampu menyerap
manfaat dari setiap ujian iman yang mereka hadapi. Sehingga tidak diragukan
lagi bahwa, iman mereka tertanam secara kuat diatas dasar kekuatan dalam
merasakan pahitnya ujian iman dan rasa syukur pada waktu mereguk manisnya
kehidupan adalah iman yang akan memberikan manfaat besar kepada pemiliknya
dihadapan Allah kelak. Sedangkan iman yang hanya tumbuh disaat merasakan
manisnya kelapangan hidup, tidak akan memberikan manfaat apa-apa kepada
pemiliknya. Nah…inilah model iman
yang tidak akan
mengangkat derajat pemilik kedalam golongan orang-orang mukmin.
Akhwati...coba tanyakan kepada diri kita masing-masing
seberapa jauhkah keistiqomahan dalam mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh?
sungguh akhwati… dengan meneladani mereka hati kita akan terhiasi dengan
kelapangan, kemantapan dan keyakinan sehingga menjadi pendorong bagi kita untuk
beramal shalih dan berlomba-lomba untuk mendapatkan derajat yang tinggi
disisi-Nya. Walaupun dalam rangka merealisasikan hal tersebut harus dihadapkan
dengan beraneka macam tantangan dan rintangan yang datang bergantian, kita harus
tetap mempertahankan keteguhan iman. Semoga Allah memudahkan kita semua dalam
memperkuat kemanan kita.
0 komentar:
Posting Komentar