Selasa, 12 November 2013

Keteguhan Iman di Zaman Perubahan


Wahai ukhti muslimah....
Zaman terus bergulir, ada saatnya kebenaran tampil dipermukaan, adakalanya pula hawa nafsu menancapkan taringnya dipenjuru bumi. Tidak terlalu sulit berlaku taat ketika situasi mendukung, ketika rata-rata orang berpihak kepada kebaikan, dan saat hawa nafsu takhluk oleh kekuatan kebenaran. Tapi, bagaimana hidup di zaman yang digambarkan oleh sahabat Abdullah bin Mas ‘ud, “kelak aka nada masanya, hawa nafsulah yang akan memimpin kebenaran.”? Yakni warna dominan dizaman itu adalah hawa nafsu, hawa nafsu pula yang memimpin manusia, menyetting suasana dan menorehkan tinta serta noda dimana-mana. Fakta inilah yang kita hadapi, seharusnya dengan adanya laju perkembangan teknologi kita bisa mengambil manfaatnya akan tetapi kerap sekali kekuatan iman tak sebanding dengan besarnya arus maksiat dan hawa nafsu.
            Akhwati…. kita hanyalah manusia akhir zaman yang lemah dan rentan sekali terhadap ujian, ditambah tabiat hati yang mudah terbolak-balik. Sehingga kemungkinan  tergelincir ke jurang maksiat dan dosa sangatlah besar. Terlebih ketika godaan, fitnah dan ujian telah meruap ke permukaan hingga tak ada yang bisa lepas dari cengkramannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hikmah secara optimal, membutuhkan konsep yang tepat dan kesabaran yang sangat.  
 Akhwati… jika kita mau merenungi sejenak kisah kehidupan para nabi dan rasul maka akan kita dapati keteguhan dan kesabaran dalam menghadapi semua ujian iman dan fitnah perjuangan. Namun rintangan itu tidak lantas membuat mereka patah semangat, justru ia melahirkan satu optimis baru, dimana optimis tersebut terwarisi dari satu generasi ke generasi. Hal itu membuktikan bahwa mereka sanggup bersikap teguh dan berdiri kukuh ditengah badai ujian, bahkan mereka mampu menyerap manfaat dari setiap ujian iman yang mereka hadapi. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa, iman mereka tertanam secara kuat diatas dasar kekuatan dalam merasakan pahitnya ujian iman dan rasa syukur pada waktu mereguk manisnya kehidupan adalah iman yang akan memberikan manfaat besar kepada pemiliknya dihadapan Allah kelak. Sedangkan iman yang hanya tumbuh disaat merasakan manisnya kelapangan hidup, tidak akan memberikan manfaat apa-apa kepada pemiliknya. Nah…inilah model iman yang tidak akan mengangkat derajat pemilik kedalam golongan orang-orang mukmin.
            Akhwati...coba tanyakan kepada diri kita masing-masing seberapa jauhkah keistiqomahan dalam mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh? sungguh akhwati… dengan meneladani mereka hati kita akan terhiasi dengan kelapangan, kemantapan dan keyakinan sehingga menjadi pendorong bagi kita untuk beramal shalih dan berlomba-lomba untuk mendapatkan derajat yang tinggi disisi-Nya. Walaupun dalam rangka merealisasikan hal tersebut harus dihadapkan dengan beraneka macam tantangan dan  rintangan yang datang bergantian, kita harus tetap mempertahankan keteguhan iman. Semoga Allah memudahkan kita semua dalam memperkuat kemanan kita.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur