Selasa, 02 April 2013

Berterimakasihlah Wahai Manusia!

0 komentar


عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ. رواه احمد.
Diriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir, "Rasulullah r bersabda di atas mimbar, 'Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, tidak akan mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, tidak akan bersyukur kepada Allah U. Membicarakan nikmat Allah U adalah syukur, dan meninggalkannya (tidak membicarakannya) adalah kufur. (H.R. Ahmad)
Syukur adalah rasa terimakasih atas suatu hal. Syukur termasuk salah satu fitrah manusia. Selama fitrah ini tidak rusak atau melenceng, perasaan terimakasih ini akan mudah muncul tanpa dipaksa. Apalagi rasa terimakasih kepada Allah U, karena Allah U lah Yang Maha Memberi Nikmat.
Syukur tidak bergantung pada seberapa banyak nikmat didapat. Jika nikmat yang sedikit dapat disyukuri, maka akan lebih mudah lagi untuk mensyukuri nikmat yang banyak. Sebaliknya, Bagaimana mungkin seseorang akan mensyukuri nikmat yang melimpah jika yang sedikit saja tidak pernah digubrisnya.
Salah satu cara mensyukuri nikmat Allah U adalah dengan berterimakasih kepada sesama. Rasulullah r bersabda,
" Manusia yang paling bersyukur kepada Allah U adalah yang paling banyak berterimakasih terhadap manusia." (H.R. Ahmad)
Ada dua pendapat Al-Khataby mengenai hal ini. Pertama, orang yang tidak berterimakasih kepada manusia telah kufur terhadap nikmat Allah U. Kedua, syukur hamba kepada Allah U tidak diterima kecuali bila disertai syukurnya terhadap sesama.
Berterimakasih juga dapat menjadi penambah nikmat. Dengan berterimakasih, kita telah melaksanakan satu perintah Allah U, dan salah satu penyebab bertambahnya nikmat adalah terus berada dalam ketaatan pada Allah U.
Lalu bagaimana cara kita berterimakasih terhadap sesama? Rasulullah r bersabda,
"Jika ada seseorang yang berbuat baik kepadamu, maka balaslahlah dia, jika kamu tidak memiliki sesuatu pun untuk membalasnya, maka do'akanlah. Jika kamu mendo'akannya, maka kamu telah bersyukur kepada Allah U. Jika tidak, maka kamu mengkufuri nikmat Allah U." (H.R. Tirmidzi)
Selain itu kita juga dapat bersyukur dengan selalu membicarakan nikmat Allah U. Karena dengan terus membicarakan nikmat Allah U, maka kita akan selalu ingat akan banyaknya nikmat yang telah Allah U karuniakan kepada kita.
Demikian, semoga Allah U menjadikan kita hamba yang bersyukur dan bersatu padu karena kasih sayang yang tumbuh melalui rasa terimakasih kita terhadap sesama. Wallahu A'lam.

Panggilan Kesayangan

0 komentar


Tidak sulit menarik hati orang lain, ada banyak amalan ringan pengikat hati yang diajarkan Rasulullah SAW. Satu dari sekian banyak amalan tersebut adalah memanggil seseorang dengan panggilan yang disukainya. Memanggil dengan panggilan terbaik dapat menarik hati orang lain, sebab tidak ada yang disukai seseorang selain dirinya sendiri. Sehingga ketika ada orang lain yang memanggilnya dengan nama kesayangannya dan terus memanggil dengan nama panggilan tersebut, maka dia akan merasa dihormati dan disayangi.
Hal ini telah dibuktikan sendiri oleh Rasulallah SAW. Para Sahabat, bagaimanapun keadaannya selalu betah berada disisi Rasulallah karena Rasulullah menghormati dan menyayangi mereka dengan cara memanggil mereka dengan nama yang disukai, bahkan dengan anak kecil sekalipun.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata: “Nabi adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Aku mempunyai seorang adik yang biasa dipanggil Abu Umair, suatu ketika Nabi datang dan menyapanya. “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan Nughair ?” (H.R Bukhori)
Nughair adalah burung kecil yang biasa diajaknya bermain. Ketika burung kecil itu mati, lantas Rasulullah menyapa Abu Umair untuk menghiburnya. Perlu diingat!!! Bahwa kunyah (dibaca: kun-yah) adalah panggilan yang diawali dengan Abu atau Ummu, menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauzy tidak mesti diberikan kepada orang yang sudah mempunyai anak saja. Karena pada hakikatnya kunyah digunakan untuk mengagungkan, memuliakan, dan menghormati orang yang dipanggil.
Karena kunyah di Indonesia tidak begitu lazim, kita dapat menggantinya dengan julukan-julukan yang baik. Sebab, julukan-julukan yang jelek dapat membuat orang yang dijuluki berfikiran negative atas dirinya sendiri sehingga dapat membunuh karakternya atau yang lebih parah lagi yaitu terbentuknya Mental Block  dalam dirinya.
Selain itu, memberi julukan-julukan yang jelek dapat menjadikan seorang Mukmin menjadi munafiq menurut firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 11:
Artinya: “Janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
Sebenarnya ayat ini merupakan teguran dari Allah bagi Rasulallah ketika beliau memanggil seorang sahabatnya dari Bani Salamah dengan nama yang tidak disukainya.
Abu Jubairah bin Adh-Dhahak bercerita, “Rasulullah datang menemui kami dan masing-masing dari kami mempunyai dua atau tiga nama. Lalu tiba-tiba Rasulullah memanggil salah satu dari kami “Wahai fulan.” Maka orang-orangpun berkata “Cukup wahai Rasulullah, dia akan marah jika dipanggil demikian.” Maka turunlah ayai ini:
 “Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan….”
Yang istimewa dalam pembahasan ini adalah yang tejadi saat Malaikat pencabut nyawa membawa jiwa seorang mukmin yang wangi. Rasulullah SAW bersabda: “Hingga tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu bertanya-tanya, “Milik siapakah ruh yang wangi ini?” para Malaikat yang membawanya menjawab, “Ini adalah ruh milik Fulan bin Fulan.” Dengan menyebutkan nama terbaik yang digunakan manusia untuk menyebutnya di Dunia. Adapun ruh yang buruk, malaikat yang mmbawanya mengatakan, “Ini adalah Fulan bin Fulan.” Dengan menyebutan nama terjelek yang digunakan manusia untuk menyebutnya didunia.” (H.R.Ahmad)
Malaikat saja mengamalkannya
Jangan dikira menggembirakan hati orang lain itu harus dengan memberikan sesuatu kepadanya, sebab memanggilnya dengan nama panggilan yang disayanginya sudah cukup ampuh untuk memikat hati dan menarik simpatinya.tentunya harus disertai dengan keikhlasan sepenuh hati agar dapat membekas lebih jauh kedalam lubuk hatinya.



Al-Hafyu

0 komentar

Al- Hafyu atau berjalan tanpa alas kaki memang termasuk khawarimul muru’ah. Bahkan ada yang mengkategorikannya sebagai kebiasaan buruk. Tetapi terlepas dari itu semua, ada manfaat yang terkandung dalam al- hafyu. Karena menurut prinsip refleksologi telapak kaki merepresentasikan semua organ, anggota badan, dan kelenjar yang ada di tubuh kita, maka kepekaan telapak kaki harus dilatih untuk merangsang titik reflex tersebut. Ini berguna untuk meredakan dan mengurangi berbagai gejala penyakit. Walaupun pada awalnya kaki mungkin terluka.
Telapak kaki kiri merepresentasikan semua organ, anggota badan, dan kelenjar yang ada di bagian kiri tubuh, sementara telapak kaki kanan mewakili yang berada di sisi kanan tubuh. Jari-jari kaki mewakili kepala, sementara area antara di bawah jari kaki dengan telapak kaki mewakili area dada dan payudara, termasuk juga jantung dan paru-paru. Bagian lekukan di kaki mewakili semua organ internal pencernaan, sementara bagian separuh ke bawah dari lekukan tersebut mewakili usus dan kandung kemih.
Setelah seharian beraktifitas hingga penat, berjalan tanpa alas kaki juga dapat mengaktifkan sirkulasi darah. Saat kaki tidak dibatasi sepatu, kaki akan menghasilkan gerakan yang mengaktifkan otot-otot di kaki sehingga sirkulasi darah ke bagian jantung menjadi lebih lancar dan istirahat akan menjadi lebih nyaman.
Jika pikiran dipenuhi banyak persoalan, berjalan-jalan di rerumputan taman tanpa alas kaki juga ada manfaatnya. Bumi atau tanah yang mengandung ion negative berperan dalam menyusupkan ketenangan dan ketentraman bagi jiwa. Sedangkan kadar endorphin yang dikandung bumi dapat memberikan efek bahagia bagi manusia. Dengan ini, menurut berbagai penelitian, tingkat kecemasan dan depresi akan turun 62%.
Selain itu berjalan tanpa alas kaki juga dapat menjaga postur tubuh. Berjalan tanpa alas kaki dapat meregangkan otot-otot tertentu serta memperkuat tendon, ligament, pergelangan kaki dan juga betis. Inilah yang memungkinkan postur tubuh tetap terjaga.
Hanya saja tidak dianjurkan untuk  sengaja berjalan menginjak kerikil dan bebatuan tanpa alas kaki dengan alasan mengacu pada titik meridian akupuntur. Ini hanya akan menimbulkan trauma mekanik pada telapak kaki (saraf, otot, dan urat), selain trauma beban pada sendi tumit, lutut, pinggang, dan punggung. Mereka yang sudah mengalami radang sendi, atau mempunyai keluhan di kaki, tungkai, pinggang, dan punggung, akan bertambah parah bila melakukan kegiatan  berjalan kaki di atas kerikil seperti itu.
Setelah mengetahui manfaat berjalan tanpa alas kaki, sesekali luangkanlah waktu untuk mengamalkannya. Yang perlu diingat adalah jangan mempraktekkannya di medan yang keras. Medan yang keras, termasuk lantai (ubin), hanya akan menambah trauma pada persendian yang sehat dan memperparahnya jika sudah meradang. Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.
 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur