Terkadang ketika mendengar
kata syukur kita begitu meremehkan. Seakan-akan syukur adalah hal yang sangat
mudah dan bisa dilakukan tanpa usaha. Ada yang menganggap cukup dengan lisan
saja. Begitu sering kita melupakan limpahan nikmat yang tak terhingga setiap
detiknya.
Apakah kita pernah berfikir bagaimana jadinya ketika kita tidak
lagi bisa bangun dari tidur malam yang panjang. Atau, tiba-tiba kita tidak lagi
bia melihat satu garis cahayapun di muka bumi ini…? Itulah tabiat manusia yang
sangat merugikan dirinya sendiri.
Allah Maha Pengasih, Penyayang, Kaya, dan Pengampun. Allah tidak
pernah membatasi nikmatnya hanya untuk orang yang taat kepadaNya saja, akan
tetapi setiap makhluk di muka bumi walaupun ia seorang kafir. Akan tetapi Allah
memberi dengan kadar dan nilai yang sangat jauh berbeda. Rezeki
berupa kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Pintu rezeki untuk kenikmatan
hidup di dunia terbuka kepada semua insan sama ada kafir atau mukmin dan yang
jahat atau baik. Rezeki untuk kesejahteraan jasmani turut dikurniakan kepada
semua makhluk. Tetapi rezeki untuk kenikmatan hidup di akhirat hanya
dikurniakan kepada orang beriman. Lalu, apakah kita ingin kalau derajat kita
disamakan dengan orang kafir yang pendurhaka itu..?
Sudah sepantasnya kita gengsi untuk setingkat dengan mereka.
Caranya adalah meningkatkan usaha bertaqorrub kepadaNya. Allah Maha Pengampun,
tapi Allah juga akan menghukum seseorang yang tidak mau mencari tahu
kesalahannya. Sesungguhnya urusan rezeki bukan ditentukan manusia,
tetapi ia dalam tangan Allah Ta’ala semata-mata. Allah memberi rezeki kepada siapa
saja yang dikehendakiNya.
Dialah (Allah) yang memegang kunci rezeki seluruh alam ini dan
Dialah yang berkuasa memberi dan menarik serta meluas dan menyempitkan
pemberian rezeki itu. Maka dari itu, tidak sepantasnya kita membanggakan diri
atas apa yang ada pada kita saat ini. Usaha kita tanpa kehendak Allah tidak
akan pernah terjadi. Bisa saja melalui rezeki yang berlimpah Allah menguji
orang-orang kafir, dan dengan kesempitan rezeki Allah menguji orang-orang beriman. Walaupun
tidak sedikit dari orang yang beriman yang dikaruniakan harta sebagai kran kaum
muslimin lainnya.
Maka kita sebagai hambaNya tidak pantas untuk berlaku angkuh dan
sombong dengan rezeki yang melimpah ruah dan usahlah kita bermegah-megah dengan
kemewahan atau karunia Allah yang ada pada diri kita. Sebaliknya kita
saharusnya bersyukur terhadap rahmat dan nikmatNya. Allah telah memberikan
peringatan kepada kita melalui firmanNya yang artinya:
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmatKu), maka pasti adzabKu sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim: 7)
Maka sadarilah hakikat ini, bersyukurlah
dengan nikmat dan rahmat kurniaan Allah Ta’ala. Semoga dengan berbuat demikian,
rahmat kurniaan rezeki itu akan terus berkekalan dan hidup kita akan diberkati
Allah hingga ke akhir zaman. Insya-Allah.
0 komentar:
Posting Komentar