Senin, 25 Mei 2015

Anak Shalih Aset Orangtua



Mendidik dan mengajar anak bukan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan serampangan, bukan pula hal yang bersifat sampingan. Mendidik anak merupakan tugas yang musti dilakukan oleh setiap orangtua. Allah Ta’ala telah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. at-Tahrim: 6)
Alangkah bahagianya orangtua yang memiliki anak yang shalih. Anak yang kelak menjadi aset yang tidak ternilai harganya. Anak yang kelak akan mendoakan orangtuanya, memohonkan ampunan atas dosa-dosa orangtuanya, mengalirkan pahala bagi orangtua yang telah meninggal. Anak yang kelak akan meneruskan amal shalih orangtuanya yang tertunda dan meneruskan karya-karyanya. Anak yang akan mengharumkan nama orangtuanya. Sungguh jerih payah yang tak akan sia-sia.
Anak shalih-lah yang kelak menjadi simpanan pahala orangtua bila telah meninggal dunia. Rasullah SAW., pernah bersabda,
إِذَا مَاتَ ابْنُ أَدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. رواه مسلم.
"Jika anak Adam wafat, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya." (H.R. Muslim)
Dalam hadits di atas disebutkan dengan jelas bahwa anak shalih adalah anak yang mendoakan kedua orangtuanya. Sama kita ketahui bahwa anak yang senantiasa mendoakan orangtuanya adalah anak yang sedari kecil terbiasa dididik untuk melakukan kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah Ta’ala, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Anak Shalih adalah anak yang tumbuh dalam ajaran agama Allah Ta’ala. Mustahil akan ada anak yang senantiasa mendoakan orangtuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah Ta’ala dan senang bermaksiat kepada-Nya.  
Seorang yang bijaksana mestinya memperhatikan langkah yang akan ditempuh dalam merealisasikan keinginannya untuk memiliki anak yang shalih. Langkah awal adalah menikah dengan perempuan shalihah dan pendidik. Istri shalihah merupakan faktor yang tak kalah penting untuk membantu seorang ayah dalam mendidik anak-anaknya. Istri yang shalihah akan dapat memahami peran dan fungsinya, serta akan berusaha untuk melaksanakannya sebaik mungkin. Darinya akan lahir generasi pembaharu masyarakat yang akan memimpin umat menuju kebaikan dan ketaatan.
Lingkungan yang kondusif juga mempunyai pengaruh yang besar untuk menciptakan anak yang shalih. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, lingkungan sang anak harus diliputi dengan segala hal yang bisa menanamkan ruh keagamaan ke dalam jiwa anak. Di rumah, setiap anggota keluarga harus saling mendukung satu sama lain. Kalaupun belum, suasana yang hangat dalam keluarga harus diupayakan oleh orangtua sebagai media pendidikan kepada anak-anaknya. Allah telah mengajari kita untuk memohon kepada-Nya.
"… 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa'." (Q.S. al-Furqan: 74)
Cara pertama untuk menciptakan suasana hangat dan harmonis dalam keluarga adalah dengan menanamkan nilai-nilai keimanan. Rasulullah SAW., sendiri memberi nasehat kepada Ibnu Abbas kecil dengan nasehat keimanan yang luar biasa.
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata sebagai nasehat untukmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah dirimu untuk tidak berbuat dosa kepada Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah, dan apabila engkau mohon pertolongan, memohonlah kepada Allah. Ketahuilah, apabila seluruh manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah ditulis oleh Allah dalam takdirmu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikitpun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (H.R. at-Tirmidzi)
Selain menanamkan keimanan pada diri anak, orangtua harus memberikan keteladanan yang baik terus-menerus. Setiap hari anak akan melihat, mendengar, merasakan, dan tanpa sadar mengikuti apa saja yang dilakukan oleh orangtua mereka. Apabila kedua orangtua mempunyai kedisiplinan untuk bertaqwa kepada Allah, maka anak akan ikut tumbuh dalam kepatuhan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Inilah yang ditegaskan oleh ayat berikut,
"Sebagian keturunan menyerupai keturunannya." (Q.S. Ali Imran: 34)

Orangtua yang bijaksana seharusnya membuat program yang tersusun rapi dan terencana untuk pendidikan anak-anaknya. Ketika orangtua gagal merencanakan pendidikan buat putra-putrinya, yakinlah putra-putri ini akan menjadi seperti apa adanya, tetapi ketika berhasil merencanakannya akan ada putra-putri shalih-shalihah yang pada akhirnya menjadi penolong orangtuanya di akhirat kelak.

>>>>>>>>>

Tercekat ketika bapak bilang, "Jangan banyak mengeluh!"
Selalu ada ada haru ketika keduanya berkata, "Anak bapak masa ndak bisa?" atau "Pasti lancar, cah pinter kok!"

>>>>>>>>>

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur