Senin, 23 Februari 2015

Adakah Karma dalam Islam?


Dalam kitab Al-Farj Ba'da Asy-Syiddah karya At-Tanukhi diceritakan ada seorang menteri Baghdad yang merampas harta wanita tua. Seluruh hartanya diambil dengan paksa. Sang nenek menuntut haknya sambil menangis, tetapi wazir menolak untuk mengembalikan. Kemudian nenek itu mengancam, "Jika kamu tidak mengembalikan hartaku, aku akan memohonkan kesengsaraanmu kepada Allah U." Wazir tertawa dan mengejek, "Berdo'alah kepada Allah di sepertiga malam!" Setelah itu pergilah sang nenek meninggalkan wazir. Di sepertiga malam terakhir, nenek terus berdo'a. Tak lama berselang, menteri tersebut dipecat dan seluruh hartnya disita. Dia dihukum cambuk di tengah pasar. Ketika nenek lewat, dia berkata, "Engkau benar, kau telah menganjurkanku untuk berdo'a di sepertiga malam terakhir, dan ternyata waktu tersebut memang waktu terkabulnya do'a."
Cerita di atas mengingatkan kita pada hukum karma. Dalam Islam Allah U akan membalas setiap perbuatan hambaNya. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan akan dibalas dengan keburukan. Siapa yang menyebar angin, akan menuai badai. Siapa yang menepuk air dalam talam, akan terkena muka sendiri. Tetapi, adakah karma dalam Islam? Apakah boleh kita mempercayai adanya karma dalam Islam? Konsep apa yang sebenarnya Allah U gunakan untuk membalas perbuatan hambaNya?
Pengertian Karma
Dalam bahasa Sansekerta, arti karma adalah perbuatan. Menurut istilah, karma dapat dipahami sebagai hukum sebab akibat atau samsara. Konsep karma ada dalam agama Hindu, Sikh, dan Budha. Balasan atau buah dari sesuatu disebut karma-phala. Balasan ini juga berlaku untuk perbuatan baik. Tetapi konotasi istilah karma lebih dikenal, yaitu balasan untuk perbuatan buruk.
Dalam filosofi Jawa, Karma juga dikenal sebagai hukum sebab akibat. Sebuah peribahasa Jawa menyebutkan, "Ngunduh wohing pakarti." (Setiap orang akan memetik buah dari perbuatannya.) Maksudnya, perbuatan seseorang akan turut berperan aktif dalam kehidupannya di masa mendatang. Perbuatan baik akan menghasilkan buah yang baik. Perbuatan jahat pun akan dibalas sebagaimana mestinya.
Konsep Jaza' dalam Islam
            Seseorang yang memiliki kekuasaan akan lebih mudah untuk mendholimi orang lain. Padahal orang yang didholimi memiliki senjata ampun untuk mengalahkannya. Rasulullah r bersabda,
            وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ. رواه البخاري.
          "Hati-hatilah terhadap do'a orang yang terdholimi, karena tidak ada perantara di antara Allah dengannya." (H.R. Bukhori).
            Bagi yang belum merasakan balasan atas kedholimannya, jangan bersenang hati. Karena Allah U tidak akan melupakan perbuatan hambaNya. Mungkin Allah U hanya menangguhkan iqab sebentar saja. Dan di saat yang tidak disangka-sangka, Allah U akan membalasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan. Allah U berfirman,
   
"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (Q.S. Ibrahim:42).
                As-Sa'dy Rahimahullah menyatakan, "Ayat ini merupakan peringatan keras bagi orang yang mendholimi dan hiburan bagi orang yang terdholimi." Orang yang terdholimi  benar-benar akan mendapatkan keadilan dari Allah U. Jika Allah U belum menurunkan iqab sampai ajal orang yang mendholimi datang, maka tunggulah adzab Allah U di akhirat. Keadilan yang hakiki akan tegak. Orang yang dholim akan merasakan balasan dari kedholimannya. Dia akan kehilngan kebaikannya dan bertambah keburukannya. Rasulullah r menyebutnya sebagai muflis. Yaitu orang yang kesulitan untuk melunasi hutangnya.
                Rasulullah r pernah bertanya kepada para sahabat t, "Apakah kalian mengetahui siapa itu 'muflis'?" Mereka t menjawab, "Muflis di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki harta." Kemudian Rasulullah r bersabda, "'Muflis' di kalangan umatku datang pada hari kiamat dengan sholat, puasa, dan zakatnya. Dia juga datang dengan celaan kepada ini, tuduhan kepada ini, memakan harta ini, membunuh ini, dan memukul ini. Maka kebaikannya diberikan kepada orang-orang yang telah di dholiminya. Jika kebaikannya telah habis, maka keburukan orang-orang yang didholiminya akan dilimpahkan kepadanya. Kemudian dia dilemparkan ke neraka. (H.R. Muslim).
Konsep jaza' dalam Islam termasuk salah satu ajaran penting. Kama tadinu tudanu, Seperti apa pun kamu berbuat, seperti itu pula kamu akan diperlakukan. Perkataan di atas bukan sebuah hadits, tetapi nasehat dari Abu Darda' t yang diriwayatkan secara mauquf oleh Abu Qilabah.
البِرُّ لَا يَبْلَى وَ الذَّنْبُ لَا يُنْسَى وَ الدَّيَّانُ لَا يَمُوْتُ اِعْمَلْ مَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَان.ُ
”Kebaikan tidak akan pudar, dosa tidak akan dilupakan, Allah Yang Maha Membalas tidak akan mati. Berbuatlah sesukamu, karena seperti apa pun kamu berbuat, seperti itu pula kamu akan diperlakukan." (Jami'ul Ahadits, Jalaluddin Asy-Syuyuthy).
Demikianlah, istilah karma tidak dikenal dalam Islam. Dalam Islam kita mempercayai bahwa Allah U akan memberi pahala untuk perbuatan baik dan membalas perbuatan buruk. Balasan Allah U bisa saja didapatkan di dunia, di akhirat, atau di dunia dan di akhirat.
            "Sesungguhnya balasan keburukan adalah keburukan setelahnya, sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya." (Tafsir Ibnu Katsir).
            Walalhu a'lam. Allahuma inna na'uzu bika min an nadhlima au yudhlama.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Najma Mujaddid
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur